Senin, 19 September 2022

KREATIFITAS DAN KOMUNIKASI; AMUNISI PENINGKAT MOTIVASI SISWA MENUJU MERDEKA BELAJAR

Ach. Rudy Hartarto

 

Upaya untuk membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia merupakan proyek besar dan kompleks dengan melibatkan semua komponen bangsa. Pendidikan merupakan kunci kemajuan dan kekuatan suatu bangsa. Maka upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan merupakan bagian dari upaya-upaya untuk memajukan bangsa. Kita tentu berharap, Kementrian Pendidikan dan kebudayang riset dan teknologi bisa terus melakukan perbaikan dan evaluasi secara terukur dari setiap program yang telah dilaksanakan sebelumnya. Berbagai dampak positif harus diapresiasi, sembari terus melakukan pembenahan demi meningkatkan dunia pendidikan Indonesia di masa depan. Meningkatkan kualitas pendidikan harus terus dilakukan demi menciptakan generasi bangsa yang tangguh dan mampu menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang. Kurikulum Merdeka menjadi bagian dari upaya membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan.

Mendikbudristek Nadiem Makarim mengungkapkan, Kurikulum Merdeka hadir untuk menanggulangi krisis pembelajaran, dan menciptakan generasi adaptif yang siap untuk menghadapi perubahan zaman dengan kemandirian. Surat Keputusan BSKAP Nomor 044/H/KR/2022 telah menetapkan lebih dari 140.000 satuan pendidikan yang menerapkan Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran 2022/2023. Kurikulum Merdeka diharapkan bisa menjadi jalan untuk menciptakan pendidikan yang memerdekakan, sehingga peserta didik belajar dengan antusias, ceria, sesuai minat dan bakat. Di tengah suasana pembelajaran di sekolah yang selama ini monoton dan kurang menarik bagi siswa karena banyaknya materi dan proses pembelajaran yang cenderung masih bersifat hafalan (kognitif) minim menyentuh aspek afektif dan psikomotorik, Kurikulum Merdeka hadir menawarkan keleluasaan dan fleksibilitas serta pembelajaran yang interaktif, sederhana, esensial dan mendalam. Keleluasaan dan fleksibilitas dihadirkan demi terciptanya pendidikan yang lebih menyenangkan, bermakna, dan berkualitas.

Kurikulum Merdeka menghadirkan perubahan yang mendasar sehingga dibutuhkan kesiapan oleh semua pihak dalam penerapannya. Inilah yang menjadi tantangan dalam menghadapi implementasi Kurikulum Merdeka. Adapun tantangan yang dihadapi dalam implementasi Kurikulum Merdeka adalah: Pertama, kesiapan guru / pendidik. Keleluasaan bisa menjadi tantangan ketika pendidik belum siap dengan keleluasaan yang diberikan. Selama ini, pendidik cenderung mengajar dengan pendekatan yang sama, menilai kemampuan dan capaian peserta didik dengan satu ukuran yang sama. Pada Kurikulum Merdeka, mindset dan kebiasaan tersebut diubah. Guru dituntut menjadi mentor dan fasilitator bagi keragaman siswa, mendiagnosa potensi siswa, serta memberi pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan capaian masing-masing. Guru harus bisa membuat anak didiknya menjadi pembelajar aktif yang mandiri. Melihat tantangan tersebut, sangat penting bagi Kemdikbudristek terus memberi bekal dan pelatihan bagi pendidik agar mampu mengimplementasikan kurikulum Merdeka dengan baik. Keleluasaan terhadap guru dan sekolah dalam Kurikulum Merdeka bukan berarti lepas dari tanggung jawab untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kedua, kesiapan anak didik. Tak hanya pendidik, ketidaksiapan siswa juga bisa menjadi tantangan dalam Kurikulum Merdeka. Keleluasaan dalam memilih materi yang akan dipelajari, harus tetap mendapatkan bimbingan dan support yang positif, baik dari pendidik maupun orang tua. Bimbingan yang dimkasud adalah bagaimana pendidik memandu dan mendorong agar potensi dan kreativitas anak didik bisa tergali, terasah, dan berkembang optimal. Kesuksesan pada Implementasi Kurikulum Merdeka bergantung pada kesiapan guru, anak didik, kepala sekolah, dan seluruh stake holder terkait. Semua mesti paham peranan masing-masing dan bersinergi untuk menciptakan suatu perubahan positif demi meningkatkan kualitas pendidikan.

Kurikulum Merdeka lebih fokus pada kompetensi siswa sehingga muatan pelajaran disederhanakan agar peserta didik memiliki lebih banyak waktu untuk mempelajari suatu konsep secara mendalam. Strategi yang dilakukan adalah dengan merancang Capaian Pembelajaran (CP) yang diatur dalam fase-fase dan dirumuskan dalam bentuk naratif yang merangkaikan kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan. Capaian pembelajaran memuat sekumpulan kompetensi dan lingkup materi yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi. Menyesuaikan tahap perkembangan peserta didik dan pemetaan capaian pembelajaran dibagi sesuai fase usia. Dalam setiap CP juga dirumuskan karakteristik dari setiap mata pelajaran termasuk domain atau elemen pembentuk mata pelajaran tersebut. Sehingga menjadi lebih jelas kompetensi dan konsep utama yang dipelajari peserta didik berkembang dari satu fase ke fase berikutnya. Pada jenjang sekolah dasar, Kurikulum Merdeka dibagi menjadi 3 fase sebagaimana tertuang dalam kepmendikbudristek Nomor 008/H/KR/2022 yang meliputi; Fase A kelas 1 dan 2, Fase B kelas 3 dan 4, Fase C kelas 5 dan 6.

Dibutuhkan juga pendekatan yang beragam dalam proses pembelajaran yang tidak hanya berupa ceramah, namun juga diskusi interaktif, proses belajar yang bertumpu pada keingintahuan dan penemuan (inquiry and discovery learning), proses belajar yang berpihak pada anak (student-centered learning), proses belajar yang berbasis pada pemecahan masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis proyek nyata dalam kehidupan (project based learning), dan proses belajar yang kolaboratif (collaborative learning). Berbagai pendekatan ini memberi ruang bagi tumbuhnya keterampilan yang berharga seperti budaya berpikir kritis, kecakapan berkomunikasi dan berkolaborasi, dan menjadi peserta didik yang kreatif. Dengan demikian sebagai seorang guru sangatlah diperlukan kreatifitas dan keahlian komunikasi yang baik demi tersampaikannya pembelajaran kepada semua siswanya.

Setiap individu pasti memiliki keinginan untuk merubah dirinya menjadi lebih baik. Perubahan tersebut dapat tercapai dengan belajar. Begitu juga peserta didik di sekolah, tentunya mereka memiliki keinginan untuk berubah, mengetahui banyak hal, berkeinginan meningkatkan kreativitas dan intelektual yang ada dalam dirinya. Namun, dalam pelaksanaan proses belajar peserta didik mengalami berbagai macam kondisi psikologis di antaranya naik turunnya dorongan untuk belajar atau motivasi untuk belajar. Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam bidang pendidikan motivasi tentunya berorientasi pada pencapaian kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk semangat dalam belajarnya (Thoifuri, 2013:96). Selama ini banyak peserta didik seperti kehilangan motivasi dalam belajar. Secara fisik mereka hadir di ruang kelas hanya untuk melakukan rutinitas belajar sesuai jadwal pelajaran yang sudah disusun oleh sekolah. Peserta didik hanya sebagai objek dan hanya menampung apa yang disampaikan oleh guru, sehingga mereka kehilangan tujuan untuk apa mereka belajar dan belajar di sekolah hanya formalitas saja. Kegiatan pembelajaran pun menjadi pasif dan membosankan. Interaksi yang kaku antara guru dan peserta didik menyebabkan turunnya motivasi belajar peserta didik. Sebagai guru harus memahami keadaan peserta didiknya, di sini lah keprofesionalan guru dibuktikan dengan bagaimana guru berinteraksi dengan peserta didik. Guru harus memahami bagaimana membangun kembali motivasi dan menjaga serta meningkatkan motivasi belajar peserta didiknya. Dalam pelaksanannya guru harus dapat mengelola kegiatan pembelajaran dengan kreatif. Guru yang kreatif dapat memanfaatkan segala yang ada agar interaksi belajar mengajar dapat berlangsung dengan menyenangkan dan membuat peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Guru dapat mengoptimalkan kreativitasnya memotivasi peserta didik baik dari dalam maupun dari luar. Dari dalam misalnya guru harus pandai menjadi pribadi yang dekat dengan peserta didik. Sedangkan dari luar misalnya guru dapat memilih metode yang tepat dan menggunakan media yang sesuai sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar.

Penerapan pada Sekolah Dasar Negeri Karangnangka IV Kecamatan Raas demi terlaksananya pembelajaran yang lebih baik sesuai yang diharapkan pada kurikulum merdeka, dimulai dengan kegiatan mengidentifikasi masalah, eksplorasi penyebab masalah, dan penentuan penyebab masalah. kemudian dilanjut dengan eksplorasi alternatif solusi, penentuan solusi dan pembuatan rencana aksi serta evaluasi. berdasarkan hasil eksplorasi penyebab masalah didapatkan kesimpulan dari rumusan masalah bahwa siswa kesulitan dalam mengerjakan dan memahami maksud dari soal cerita disebabkan pembelajaran kurang menarik sehingga berkurangnya motivasi belajar siswa. Maka diperlukannya solusi yang tepat yaitu pemilihan pendekatan dan model pembelajaran tepat. Dalam hal ini model pembelajaran PjBL(project based learning) dirasa tepat dijadikan sebagai alternatif solusi dari masalah tersebut. Selanjutnya adalah pemilihan media dan bahan ajar yang tepat sehingga diperlukannya kreatifitas seorang guru dalam memilih dan membuat media dan bahan pembelajaran.

Bahan ajar video serta animasi bisa dipakai untuk menerangkan materi. Konsep-konsep yang bersifat abstrak dapat divisualisasikan sehingga mudah ditangkap oleh siswa. Pemilihan kumpulan gambar bergerak atau animasi serta kumpulan video percobaan yang bisa mempermudah dalam memahami materi menujukkan kreatifitas seorang guru dalam pembelajaran. Pemilihan media dan bahan ajar juga tidak terlepas dari cara seorang guru menggkomunikasikan atau menjelaskannya kembali. Sehingga dengan menerapkan dan memaksimalkan kreatifitas dan cara berkomunikasi yang baik dengan siswa bisa tercapainya pembelajaran yang maksimal, mudah dipahami oleh siswa, dan siswa menjadi lebih senang dalam pelajaran sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa, khususnya pada kurikulum merdeka yang dituntut untuk meningkatkan atau megembangkan kompetensi siswa sesuai fase.

 


 

Daftar Pustaka

Thoifuri. 2013. Menjadi Guru Inisiator. Semarang. Media Campus Publishing

A. M., Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Rajawali Pers.

Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 008/H/KR/2022 tentang capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah pada Kurikulum Merdeka

 

 

 

 

 


Biodata Penulis

 

ACH. RUDY HARTARTO, Lahir di Sumenep pada tanggal 14 Januari 1990, mulai aktif di dunia Pendidikan sejak tahun 2010 sebagai tenaga tata usaha, operator sekolah dan aktif mengajar setelah menyelesaikan perkuliahan pada tahun 2016 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas W.R. Supratman Surabaya. Kini aktif mengajar di SDN Karangnangka IV Kecamatan Raas Kabupaten Sumenep. pesan penulis, Dirimu yang sekarang adalah pilihan mu sendiri di masa lalu, maka bangunlah dirimu mulai hari ini dengan pengalaman pengalaman yang hebat.

DOWNLOAD 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar